Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Opini
Sudahkah Kita Menjadi Pancasialis? (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab) Tentu kita tahu, Pancasila merupakan dasar negara bangsa Indonesia. Artinya, Pancasila merupakan prinsip yang harus dipegang teguh oleh setiap elemen di negeri ini. Dan dengan berbagai konflik yang berkecamuk di tengah-tengah kita seharusnya dikembalikan kepada Pancasila, apakah kita sudah menggunakannya atau belum. Jika Pancasila telah selesai (semua masyarakat mengaplikasikannya), maka dipastikan tujuan Baladil amin tidak sesulit sekarang ini. Kata Cak Nun, Pancasila diibaratkan suatu cincin pernikahan. Ialah simbol ikatan suci antara suami dan istri. Dalam hal ini, Negara adalah suaminya dan bangsa sebagai istrinya. Dalam memandang suatu isu atau konflik kita terlalu fokus pada pertengkaran suami dan istri. Padahal jika melihat di tengah-tengah mereka terdapat ikatan istimewa, rumah tangga akan tetap harmonis dan romantis. Dalam diskusi yang diadakan oleh “Nyekar Pustaka” bersama literasi-literasi di ...

MERMULE DAN MISI REKONSILIASI DI DALAMNYA.

Peringatan haul mbah buyut Tambi atau biasa disebut Mermule mbah buyut Tambi selalu dinantikan oleh seluruh lapisan masyarakat Tambi dan sekitarnya. Karena Mermule Mbah Buyut Tambi sebagai pembuka atas prosesi-prosesi unjungan di wilayah Kacirebonan. Sampai saat ini, sebelum desa Tambi mengadakan Mermule , maka desa-desa yang lain yang berada di wilayah Kacirebonan tidak diperkenanan mengadakan acara unjungan. Oleh sebab menjadi permulaan/awal lah, maka tradisi unjungan di desa Tambi disebut Mermule ,  Mer itu sudah dan M ule itu mulai. Setiap tahunnya acara Mermule selalu saja meriah dan ramai pengunjung, karena selain Tahlil bersama, Tawuh Balong , Unjungan dan pasar malam selama satu minggu, banyak sekali hiburan dan tontonan yang menarik. Di antara hiburan tersebut adalah Sandiwara, Tabligh akbar, organ tarling, wayang kulit, singa dandut, dan beberapa kejuaran olahraga. Namun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, panitia Mermule tahun ini mengadakan turnamen Sepak B...

Memaknai bab Berani dalam Kitab Idhotun Nasyi'in

Tuhan menciptakan Manusia untuk berusaha bagaimana ia bisa mendapatkan manfaat dari bumi yang diciptakan,   dan selalu berusaha dalam segala sesuatu yang hasilnya akan kembali padanya dan seluruh manusia umumnya dengan kebaikan yang sempurana. Semua itu tidak akan berhasil kecuali dengan keberanian dan mencurahkan seluruh tenaga. Orang-orang yang mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi, dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya. “Kemampuan menaklukan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan” (Aristoteles) Para pendahulu kita bisa mencapai kemerdekaan yang luar biasa karena keberanian dan mengobarkan kesemangatan. Dan mereka tidak akan mundur setelah berhasil meraih cita-cita tersebut mereka mempertahankan kemerdekaan itu dengan keberanian dan semangat yang sama, sementara Kita yang mengisi kemerdekaan hanya bisa membanggakan masa keemasan pendahulu-pendahulu kita yang berjuang menundukan berbagai rintangan demi tercap...

Telembuk ?

Tulisan ini hasil yang penulis dapat ketika mengikuti Diskusi Bedah Buku Telembuk. Sabtu 6 Juli 2019 di eks pasar Jatibarang depan Setasiun Kereta Api Jatibarang. Diskusi yang dimoderatori oleh Andi Wikono dan sebagai pemateri Suryana Hafidin diselenggarakan oleh pegiat Literasi Jatibarang dan di hadiri oleh JALIN (Jaringan Literasi indramayu). Balada Emperan Pustaka   Jatibarang, Pohon Literasi Junti Kebon, Aliansi Pelajar Jatibarang, Gembira (Gerakan Tambi Raya), Pustaka Kampung Merdeka, Dermayu Ora Meneng, Saung Sastra, Street Art, dan peserta diskusi lainnya. Novel Telembuk ditulis oleh Kedung Darma Romansa yang diterbitkan oleh Indie Book Corner tahun 2017 dengan Tebal 414 halaman. Novel Telembuk adalah kisah lanjutan dari novel sebelumnya yang termasuk dalam dwilogi Kelir Slindet. Menceritakan tentang dunia Prostitusi, dangdut dan segala kisah cintanya. Novel Telembuk mengisahkan perjalanan Hidup Safitri yang menjadi Telembuk. Telembuk adalah sebutan Orang ...

SEMAR Masa kini

SEMAR adalah Gerakan Sosial yang di gagas oleh Ahmad Supriyadi seorang kader Anshor dari Desa Sleman Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. SEMAR adalah singkatan dari Sedekah Maring Rakyat (Shodaqoh Kepada Masyarakat). Ahmad Supriyadi Ahmad Supriyadi dengan Semarnya mewadahi sumbangan-sumbangan dari para dermawan untuk di salurkan kepada yang berhak. seperti anak yatim, piatu, dan faqir miskin. sumbangan yang disalurkan berupa sembako dan uang tunai dan lain-lain setiap hari Jum'at. Menyalurkan Shodaqoh kepada KH. Muiz Ali (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Muslimin Tambi) Selain itu Semar juga peduli terhadap pendidikan. seperti memberikan shodaqoh kepada Pondok Pesantren, memberikan Iqra atau Al-Qur'an di mushola-mushola, juga memberikan buku-buku bacaan kepada anak-anak agar rajin membaca. Semar bersama Agung Kusuma (Biro Sosial & Budaya Gembira) menyalurkan Shodaqoh kepada anak yatim Semar bersama Agung Kusuma (Biro Sosial & Budaya Gembira) m...

Salam Damai Dari Gembira

Tanamkan Ideologi Perdamaian Sejak Dini Menggaungkan misi perdamaian antar daerah memang tidak mudah. Untuk itu perlu adanya upaya agar perseteruan tidak berlanjut. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kebanyakan kebencian antar kelompok adalah warisan pendahulunya. Imbasnya anak-anak maupun remaja-remaja ikut memanas dan mudah terpancing. Miris memang. Dalam salah satu misinya "Mensinergikan setiap organisasi kemasyarakatan yang ada di desa Tambi", gembira hadir di tengah-tengah masyarakat Tambi untuk menuntaskan rantai kebencian. Menggandeng semua organisasi maupun blok agar saling menebarkan kasih, membangun desa dan tidak ada lagi hal-hal yang berbau anarkis. Tentu tidak mudah. Salah satu program Gembira yaitu Minggu Gembira merupakan upaya pencegahan sejak dini yang diarahkan kepada anak-anak. Selain memberikan edukasi dan mengenalkan budaya lokal, tujuan lainnya adalah agar anak-anak tidak mudah terprovokasi terhadap hal-hal yang memancing keributan. Karena ...