Peringatan haul mbah buyut Tambi atau biasa disebut Mermule mbah buyut Tambi selalu dinantikan oleh seluruh lapisan masyarakat Tambi dan sekitarnya. Karena Mermule Mbah Buyut Tambi sebagai pembuka atas prosesi-prosesi unjungan di wilayah Kacirebonan. Sampai saat ini, sebelum desa Tambi mengadakan Mermule, maka desa-desa yang lain yang berada di wilayah Kacirebonan tidak diperkenanan mengadakan acara unjungan. Oleh sebab menjadi permulaan/awal lah, maka tradisi unjungan di desa Tambi disebut Mermule, Mer itu sudah dan Mule itu mulai.
Setiap tahunnya acara Mermule selalu saja meriah dan ramai pengunjung, karena selain Tahlil bersama, Tawuh Balong, Unjungan dan pasar malam selama satu minggu, banyak sekali hiburan dan tontonan yang menarik. Di antara hiburan tersebut adalah Sandiwara, Tabligh akbar, organ tarling, wayang kulit, singa dandut, dan beberapa kejuaran olahraga. Namun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, panitia Mermule tahun ini mengadakan turnamen Sepak Bola.
Turnamen seperti Volly, Tenis Meja, dan Sepak Bola selain memperebutkan juara, tujuan dan hakikatnya adalah sebagai ajang silaturrahmi dan rekonsiliasi masyarakat Tambi dan Tambi Lor atau mafhum disebut "Anak Putune Mbah Buyut Tambi". Namun sangat disayangkan berbeda dengan kejuaraan lainnya dalam turnamen sepak bola hanya diikuti oleh klub dari masing-masing RT se-desa Tambi saja, klub-klub sepak bola dari desa Tambi Lor belum diperkenankan mengikuti kejuaraan tersebut. Alasan utamanya adalah kekhawatiran pemerintah desa Tambi Lor terkait keamanan dan kenyamanan. Karena seperti yang sudah-sudah setiap kejuaraan sepak bola di Desa Tambi yang diikuti oleh klub-klub dari kedua desa tersebut selalu berakhir ricuh. Keributan terjadi karena masyarakat atau oknum-oknum di dalamnya belum mampu melepaskan gengsi dan egonya serta tidak memiliki statement bahwa semua adalah saudara, semua Anak Putune Mbah Buyut Tambi, dan yang terpenting semua adalah warga negara Indonesia.
Ironisnya, turnamen Sepak Bola jauh dari makna rekonsiliasi. Perdamaian yang didamba-dambakan rusak hanya karena ego dan gengsi beberapa oknum saja, imbasnya generasi penerus cepat emosi dan rekonsiliasi dengan jalan kejuaraan sepakbola tidak akan pernah terealisasikan. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Mungkin cukup bijak juga dengan tidak mengikut sertakan masyarakat Tambi Lor dalam tournament tersebut, sebagai upaya pencegahan keributan. selain pencegahan diatas, harus ada alternatif lain untuk menyatukan Tambi Dan Tambi Lor dalam sebuah turnamen agar misi rekonsiliasi terejawentahkan.
Salah satu alternatif pencegahan yang lebih dekat dengan misi rekonsiliasi adalah dengan menanamkan rasa persatuan dan persaudaran juga sportifitas pada generasi penerus. Menanamkan sikap-sikap tersebut banyak alternatifnya. Di antaranya mengadakan kegiatan yang sudah direalisasikan oleh Komunitas Gembira (Gerakan Tambi Raya) dengan Minggu Gembiranya dan Manguntapa FA dengan Sekolah Sepak Bola (SSB) -nya. Selain penggerak dan pegiatnya terdiri dari pemuda dan pemudi Tambi dan Tambi Lor, dalam kegiatannya pun terdapat anak-anak dari desa Tambi dan Tambi Lor juga.
**
Salam damai dari Gembira untuk Rekonsiliasi Tambi Raya.
kita ini sama "Anak Putune Mbah Buyut Tambi".
Semoga Gembira dan Manguntapa FA menjadi garda terdepan dalam membina anak-anak serta dalam menggaungkan misi perdamaian.
BalasHapusAamiin
BalasHapusSemoga Selalu