PERAN PERPUSTAKAAN JALANAN GEMBIRA DALAM MENULARKAN BUDAYA LITERASI DI DESA TAMBI DAN TAMBI LOR
Perpustakaan merupakan koleksi atau kumpulan buku-buku yang tujuannya agar buku-buku yang tersedia dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Perpustakaan juga dapat bersifat pribadi dan umum. Perpustakaan pribadi merupakan koleksi buku-buku yang sengaja dikumpulkan dengan biaya pribadi dan sebagai konsumsi pribadi. Sedangkan perpustakaan umum biasanya diupayakan oleh pemerintah maupun instansi lain yang dialokasikan untuk masyarakat luas. Namun banyak di kalangan masyarakat yang masih kesulitan mencari perpustakaan yang layak, baik dari segi ketersediaan buku bacaan maupun layanan yang professional, terutama di kalangan masyarakat pedesaan. Meskipun setiap desa, khususnya desa Tambi dan Tambi Lor kini sudah tersedia lumayan banyak buku bacaan. Tetapi tetap saja tidak banyak masyarakat yang berkunjung. Beberapa faktor yang mengakibatkan perpustakaan desa sepi pengunjung menurut pengamatan penulis antara lain: (1) Kurangnya sosialisasi dari pemerintahan desa, (2) buku-buku yang tersedia didominasi buku-buku bisnis dan pertanian, sedangkan yang paling membutuhkan banyak bacaan adalah pelajar dan mahasiswa, dan (3) pelayanan kurang maksimal, bahkan tidak ada satu pun pustakawan yang menjaga.
Akhir-akhir ini, dunia literasi dihebohkan dengan maraknya perpustakaan jalanan. Perpuskaan jalanan adalah sebuah gerakan yang disetiri oleh kalangan pemuda yang peduli dengan pentingnya membaca. Perpustakaan jalanan ini bersifat umum. Artinya dialokasikan untuk siapa saja dan tidak ada batasan usia, karena di dalamnya tersedia buku bacaan untuk semua kalangan. Dan yang menarik dari perpustakaan jalanan ini adalah ia berdiri (biasanya) tidak menetap pada satu tempat. Ia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain yang mana tempat tersebut merupakan tempat lalu lalang, taman bermain anak-anak, bahkan di sekolah-sekolah. Selain itu, buku-buku yang tersedia adalah buku-buku dari hasil donasi masyarakat. Sama halnya dengan keberadaan perpustakaan jalanan Gembira yang sedang ramai diperbincangkan masyarakat Tambi dan Tambi Lor.
Gembira merupakan sebuah komunitas yang dihuni oleh para pemuda dan pemudi desa Tambi dan Tambi Lor yang resah dan peduli terhadap pentingnya menumbuhkan budaya literasi kepada masyarakat. Dalam salah satu misinya yaitu memberikan edukasi kepada masyarakat Tambi dan Tambi Lor, khususnya anak-anak, Gembira hadir di tengah-tengah masyarakat menjelma sebagai perpustakaan jalanan. Dengan pergerakanya pada perpustakaan jalanan, Gembira menemukan titik terangnnya pada salah satu programnya yaitu "Gembira Dolan". Dengan program tersebut Gembira kian leluasa dalam menyebarkan virus literasi, karena dalam program tersebut setiap minggunya Gembira membuka perpustakaan di setiap blok atau gang yang ada di desa Tambi dan Tambi Lor secara bergiliran. Tercatat ada sembilan blok yang harus dikunjungi. Selain berkunjung ke blok-blok, Gembira Dolan juga berkunjung ke sekolah-sekolah (SD dan MI) se-desa Tambi dan Tambi Lor setiap bulannya. Memang pada praktiknya, menularkan budaya literasi yang belum terbentuk bukanlah hal yang mudah. Dari pengamatan penulis, setiap ngelapak baca buku gratis atau membuka perpustakaan, Gembira tidak hanya menyediakan buku-buku. Karena jika yang ditampilkan atau disediakan hanya buku-buku, tentunya dapat membuat masyarakat atau anak-anak merasa cepat jenuh. Untuk itu, Gembira berinisiatif menyediakan beberapa fasilitas, seperti permainan tradisional, senam, mewarnai gratis, eksperimen-eksperimen dan masih banyak lagi, agar asupan otak dan ruang berekspresi berjalan seimbang.
Adapun tanggapan masyarakat dengan adanya perpustakaan jalanan Gembira sangat positif. Mereka mendukung dan mengapresiasi, serta terkadang penulis menyaksikan ada masyarakat yang memberikan makanan dan minuman, bahkan mendonasikan beberapa bukunya. Dan tidak sedikit masyarakat yang sangat berantusias menyambut kedatangan Gembira. Terbukti dengan celoteh salah satu anak saat Gembira berkunjung ke blok Resia pada tanggal 10 November 2019 lalu, Pak, minggu depan ke sini lagi tidak? Atau ada juga yang bertanya, Pak kenapa tidak setiap hari saja ke sini?
Ada juga komentar dari Mami Wangi Indriya yang membawa cucunya bermain di perpustakaan jalanan Gembira ketika berkunjung ke blok Sibuyut pada tanggal 01 Desember 2019 kemarin, Kalau begitu, tiap minggu saja ke sininya ya, Mas. Iya memang betul, zaman sekarang orang tua perangnya sama hape. Karena hampir setiap waktu anak-anak disibukkan dengan bermain hape. Makanya saya sangat suka ada beginian, kira-kira begitu komentar sang Maestro Tari tersebut.
Ada juga komentar dari Mami Wangi Indriya yang membawa cucunya bermain di perpustakaan jalanan Gembira ketika berkunjung ke blok Sibuyut pada tanggal 01 Desember 2019 kemarin, Kalau begitu, tiap minggu saja ke sininya ya, Mas. Iya memang betul, zaman sekarang orang tua perangnya sama hape. Karena hampir setiap waktu anak-anak disibukkan dengan bermain hape. Makanya saya sangat suka ada beginian, kira-kira begitu komentar sang Maestro Tari tersebut.
Dari komentar-komentar positif yang diberikan masyarakat membuat Gembira melejit hingga terdengar ke luar desa. Di luar popularitas Gembira yang kian melayang, penulis berusaha menarik kesimpulan, bahwa ternyata perpustakaan desa tidak lebih efektif dari perpustakaan jalananan dalam menggaungkan budaya literasi. Karena saat ini, minat baca masyarakat jauh dari kata tinggi. Artinya perlu adanya pendekatan lebih, agar masyarakat sedikit demi sedikit mulai gemar membaca. Dan jika intensitas dan konsistensi Gembira selalu terjaga, maka peran Gembira dalam menularkan budaya literasi pada masyarakat desa Tambi dan Tambi Lor tidak lama lagi segera terwujud.
Semoga.
Salam literasi ✋
~ Andi Faizal ~
Komentar
Posting Komentar